Belakangan ini aplikasi Worldcoin ramai dibicarakan publik karena menawarkan imbalan berupa kripto bagi siapa pun yang mau melakukan scan iris mata mereka. Meski tampak menggiurkan, ternyata bahaya scan iris mata tidak bisa dianggap remeh. Banyak pakar keamanan siber telah memperingatkan potensi penyalahgunaan data biometrik yang bisa membahayakan privasi pengguna. Sayangnya, tidak semua orang memahami sejauh mana risiko yang mungkin ditimbulkan dari proses perekaman biometrik ini.
Aplikasi Worldcoin ini mengklaim ingin menciptakan identitas digital global yang unik dan tidak dapat dipalsukan, tetapi cara yang digunakan menimbulkan kekhawatiran. Dengan memindai iris mata seseorang, aplikasi ini menyimpan data biometrik sensitif yang bersifat permanen. Data seperti ini tidak bisa diubah layaknya password. Jika bocor atau disalahgunakan, konsekuensinya bisa sangat fatal. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahaya scan iris mata sebelum tergiur tawaran yang terlihat menarik di permukaan.
Meskipun pihak Worldcoin menyatakan bahwa mereka menggunakan sistem enkripsi canggih untuk melindungi data, banyak ahli keamanan digital yang meragukan klaim tersebut. Salah satunya adalah Teguh Aprianto, pakar siber Indonesia yang cukup vokal menyuarakan bahayanya teknologi seperti ini. Ia menekankan bahwa sekali data biometrik direkam dan bocor, maka kerusakan privasi tidak bisa diperbaiki selamanya. Tidak seperti kata sandi yang bisa diganti kapan saja, iris mata adalah identitas permanen.
Masalah privasi bukan satu-satunya kekhawatiran. Bahaya scan iris mata juga mencakup potensi digunakan untuk pengawasan masif oleh pihak tertentu. Ketika data biometrik dikumpulkan secara global, siapapun yang memiliki akses ke database tersebut memiliki potensi mengawasi aktivitas seseorang, memantau lokasi, bahkan melakukan profiling sosial. Ini adalah bentuk pelanggaran HAM dalam ranah digital yang harus diwaspadai sejak dini.
Teguh juga menyoroti bahwa Worldcoin belum memiliki kantor resmi di Indonesia, dan tidak memiliki pengawasan langsung dari lembaga perlindungan data pribadi. Dengan kata lain, tidak ada jaminan hukum yang kuat bagi masyarakat Indonesia jika terjadi pelanggaran atau penyalahgunaan data. Padahal, bahaya scan iris mata bukan hanya teori konspirasi belaka, tapi ancaman nyata yang sudah dipelajari dan dikaji secara akademis di banyak negara.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kominfo dan BSSN juga mulai menyoroti aktivitas Worldcoin di Indonesia. Mereka mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tidak sembarang menyerahkan data biometrik ke pihak asing tanpa dasar hukum yang jelas. Bahkan BSSN mempertimbangkan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait aplikasi ini dan dampaknya terhadap keamanan nasional.
Selain itu, bahaya scan iris mata juga terkait dengan potensi penyimpanan data di server luar negeri. Ketika data biometrik warga negara Indonesia disimpan di negara lain, maka kendali terhadap data tersebut berada di luar jangkauan hukum nasional. Jika suatu saat terjadi kebocoran atau penyalahgunaan, proses penegakan hukumnya akan sangat rumit dan penuh hambatan.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa aplikasi Worldcoin menggunakan alat khusus bernama “Orb” untuk melakukan pemindaian iris. Orb ini ditempatkan di sejumlah titik publik dan dijaga oleh petugas yang ditugaskan oleh pihak pengembang. Namun hingga kini, belum ada kejelasan standar keamanan yang digunakan oleh alat tersebut. Apakah alat tersebut telah melalui sertifikasi keamanan? Siapa yang memverifikasi bahwa data yang dikumpulkan tidak disalahgunakan?
Dari sisi teknis, bahaya scan iris mata juga melibatkan algoritma yang digunakan untuk menganalisis data biometrik. Tidak semua algoritma bersifat netral. Ada risiko bias, kesalahan identifikasi, atau bahkan pencurian identitas yang bisa terjadi jika sistem tidak dirancang dengan benar. Karena itu, pengumpulan data biometrik harus mengikuti prinsip kehati-hatian dan etika yang tinggi.
Sebagai pengguna internet dan warga digital, kita semua memiliki tanggung jawab untuk memahami teknologi yang kita gunakan. Jangan mudah tergiur oleh iming-iming hadiah atau kripto semata tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Data biometrik adalah aset yang sangat berharga, dan ketika kita menyerahkannya dengan mudah, maka kita sedang memberikan kunci identitas kita kepada pihak yang belum tentu bertanggung jawab.
Kesadaran digital di masyarakat harus terus ditingkatkan, terutama dalam menghadapi tren baru seperti ini. Bahaya scan iris mata bukan sekadar isu teknis, tapi menyangkut hak asasi digital yang harus dilindungi. Edukasi publik, penguatan regulasi, dan peningkatan transparansi perusahaan teknologi menjadi kunci agar masyarakat tidak menjadi korban eksploitasi data oleh pihak yang hanya mencari keuntungan.